Jumat, 16 Desember 2016

Para Pejuang Itu ''INVISIBLE MAN"

 - Orang Negeri Saparua dan Perang Pattimura -

Penulis: Adryn Anakotta
Editor : Ferdy Lalala



Pengantar
Pemberontakan Thomas Matulesij (dalam perspektif Belanda) atau Perang Pattimura tahun 1817, tidak bisa dilepas-pisahkan dari Saparua, baik pulau maupun “TKP pusatnya” yaitu Negeri Saparua. Perang yang hampir mencapai 6 bulan itu, tidak saja merepotkan kaum penjajah, karena belum lama mereka mengambil lagi Maluku dari tangan Inggris (Maret 1817), tapi di sisi lain juga melibatkan banyak orang dari berbagai kawasan di sekitar “locus delicity” atau lokasi kejadian. Kejadian yang berlangsung hampir 2 abad lalu itu, terus menimbulkan banyak perdebatan dan pertanyaan. Para pemimpin pemberontakan itu, kisah hidup mereka pun hanyalah “sepotong-sepotong”. Kita hanya mengenal secara “sambil lalu”, Thomas Matulesij, Sayat Parintah (Said), Anthonij Rhebok, Philip Latumahina, Christina Martha Tiahahu dan beberapa orang lainnya. Hanya itu, agak aneh memang, tapi begitulah faktanya. Selain itu, pemberontakan yang memakan waktu 6 bulan itu pun tentunya melibatkan banyak orang namun kembali lagi kita tak disuguhi oleh narasi seperti itu. Mungkin historiografi sejarah kita, hanya lebih “suka” menonjolkan “pribadi” para pemimpinnya, rakyat kecil jarang untuk diangkat atau disentuh.
Setiap pemimpin besar pastilah dikelilingi oleh orang-orang terbaiknya, minimal ada “orang-orang tak dikenal” yang turut membantunya. Begitu juga yang terjadi dalam Perang Pattimura.
Lewat artikel ini, penulis hanya berupaya menyajikan hal-hal “sederhana” itu, hal-hal yang mungkin tak diketahui oleh kita selama ini. “invisible man” itu memang tak secara eksplisit dinarasikan dalam sejarah resmi kita, namun nama mereka tercatat dalam arsip-arsip kolonial yang ada pada masa itu.
Seperti yang disebutkan di atas, peristiwa itu telah “menarik minat” orang-orang di sekitar, dari berbagai daerah di sekitar untuk turut terlibat. Mempertimbangkan, banyaknya data yang mungkin saja terjadi, maka penulis hanya membatasi pada orang-orang asal negeri Saparua yang turut terlibat dalam peristiwa itu. Tak ada alasan lain, hanya alasan teknis saja, namun mungkin itu semua bisa “dilunasi” dengan lampiran yang disertakan dalam artikel ini. Lampiran I, berupa nama-nama dari negeri lain, terkhususnya dari pulau saparua yang turut terlibat. Lampiran II, berupa nama-nama tentara Belanda yang tewas dalam operasi penumpasan pemberontakan itu.