Senin, 14 November 2016

Van den Berg Van Saparoea

Cerita Singkat Sisi Lain Perang Pattimura 1817
Penulis : Adryn Anakotta
Editor : Ferdy Lalala - Novaria Anakotta/Waelauruw

Pengantar

Cerita sejarah Perang Pattimura, tentulah selalu berhubungan dengan tokoh “antagonis” yaitu sang Residen Saparoea, Johanes Rudolph van den Berg atau biasa dikenal dengan nama Residen van den Berg. Kedua tokoh sejarah ini selalu berhubungan dan tak terpisahkan dalam narasi sejarah itu. Sang residen disebut tokoh antagonis, karena selayaknya tokoh antagonis, ia adalah vilaian atau “penjahat” yang pada akhirnya harus dibunuh. Dalam pandangan pemerintah Hindia Belanda (Belanda – red), Pattimura atau Thomas Matulessia/Matulessy juga seorang penjahat yang harus dibunuh. Kedua tokoh ini lahir, dan tumbuh dari 2 dunia yang berbeda tapi hidup mereka berakhir pada sudut yang sama yaitu meninggal pada usia muda. Sang residen meninggal pada usia 28 tahun, sedangkan Thomas Matulessia/Matulessy pada usia 34 tahun. Berbeda dengan biografi Thomas Matulessy yang agak “misterius”, biografi sang Residen sedikit lebih baik karena bisa ditelusuri dan diverifikasi sampai jauh ke belakang. Hal ini disebabkan karena sistim pencatatan dan pendokumentasian yang lebih baik dan terjaga sejak awal. Harus diakui, bahwa biografi sang pahlawan Thomas Matulessy menimbulkan banyak perdebatan. Asal, tempat lahir, tanggal lahir dan seterusnya menimbulkan banyak perdebatan, meski sejarah “resmi” memuat hal itu semua.

Lukisan : Johanes Rudolph van den Berg, Ayah (Kiri)
Jean Lubert van den Berg van Saparoea (Tengah)
Johana Christina Umbgrove, Ibu (Kanan)
Sumber : Familie van den Berg van Saparoea

Singkat kata, Perang Pattimura selain seperti yang telah diketahui bersama, juga memiliki sisi lain. Sisi lain tentang kehidupan manusia yang mungkin saja, tak pernah terpikirkan untuk terlibat dalam pusaran kehidupan penuh tragedi berdarah. Seperti diketahui, dalam peristiwa itu, seorang anak kecil berusia 5 tahun lolos dari maut. Anak ini adalah anak tertua sang Residen itu. Ayah, ibu dan kedua adiknya tewas. Hanya dialah yang lolos. Mungkin takdir hidupnya, agar ia tetap hidup. Mungkin juga sebuah keberuntungan semata. Tapi yang pasti, dia akhirnya hidup sampai tua, berkeluarga dan seluruh keturunannya kini akan selalu memiliki kaitan dengan masa lalunya yang pahit itu, memiliki kenangan dengan sebuah tempat yang jauh dari tempat kelahirannya, sebuah tempat yang pada akhirnya akan “menempel” pada jalan hidupnya. Ya dialah Johanes (Jean) Lubert van den Berg van Saparoea, anak kecil yang lolos dari maut itu.
Artikel singkat ini, hanya menyajikan atau memaparkan keluarga besarnya yang berhubungan dengan Saparoea. Pastilah dalam pemaparan itu, akan selalu bersinggungan dengan narasi tentang Perang Pattimura, namun narasi itu bukanlah fokus dari artikel ini. Narasi itu hanyalah sebagai “latar awal” dari biografi keluarga besarnya. Pada artikel ini juga, diurai jejaring keluarga besar mereka yang berpengaruh, dalam konteks kedudukan, jabatan maupun besarnya keturunan mereka yang saling terikat, terhubung karena suatu pernikahan. Pernikahan “model begini” merupakan hal umum yang terjadi di saat itu yang bisa ditelusuri hingga jauh kebelakang, dan peranan para perempuan sangat signifikan dalam “kasus” ini. Untuk memahami hal itu lebih mendalam, ada baiknya dipersilahkan untuk membaca kajian Jean German Taylor, The Social world of Batavia.1

Selain itu, seperti yang ditulis di atas, “biografi” keluarga besar mereka bisa “ditarik” sampai jauh kebelakang. Dari penelusuran penulis, diketahui bahwa keluarga besar mereka bisa dilacak hingga tahun 1500an, atau paruh kedua abad ke-16.
    Cerita dari dalam Duurstede

Di pagi hari itu, tanggal 16 mei 1817, tidak diketahui dengan pasti apa yang terjadi dengan keluarga kecil itu. Mungkin seperti yang umum terjadi pada sebuah keluarga layaknya, mereka memulai hari itu dengan sebuah harapan, sebuah kegembiraan, sebuah kekuatiran atau apa saja, mungkin juga mereka tak menduga jika dalam beberapa jam kemudian, kehidupan mereka akan berubah, kehidupan mereka akan berakhir pada titik maut. Mungkin saja, saat sang mentari mulai menyembul, menyinari Negeri Saparoea, aktivitas keluarga kecil itu memulai dengan sarapan pagi khas keluarga Belanda, yang biasanya dilayani oleh para budak orang pribumi. Mungkin saja, sehabis sarapan, ketiga anak yang masih kecil itu langsung bermain, ayah mereka langsung berkantor, menerima laporan tentang situasi dan hal-hal penting yang berkaitan dengan pekerjaaannya, ibu mereka beraktivitas sebagai seorang ibu dan istri. Keluarga kecil itu juga merupakan keluarga baru di kediaman baru mereka. Ayah mereka baru 2 bulan ditugaskan di tempat itu. Jabatan ayah mereka adalah jabatan prestisius di daerah itu. Ya ayah mereka adalah seorang Residen yang mengepalai Karesidenan Saparoea. Sang ayah adalah Johanes Rudolp van den Berg, laki-laki muda berusia 28 tahun, kelahiran Jogjakarta 11 oktober 1789,2 yang pada 20 maret 1817,3 telah dilantik menjadi Residen Saparoea di Benteng Victoria oleh Nicolaus/Nicolaas Engelhard,4 Ketua Komisi Penyerahan Maluku dari Inggris ke Belanda.
Ibu mereka adalah Johana Christina Umbgrove juga masih muda, baru berusia 26 tahun kelahiran Tegal 29 april 1791. Pasangan suami istri itu membawa ketiga anak mereka yang masih kecil, anak tertua, Johanes Lubert (Jean Lubert) van den Berg, adiknya, Johanes Gerardus van den Berg, dan anak bungsu, Johanes Rudolp van den Berg. Selain ketiga anak mereka, sang ibu juga sedang mengandung, pada bulan mei itu, usia kandungannya telah 6 bulan.6 Anak tertua barulah berusia 5 tahun, 3 bulan 13 hari, ia kelahiran 3 februari 1812 di Jogjakarta.7 Sang adik berusia 3 tahun, 5 bulan 10 hari, ia kelahiran 6 desember 1813 di Jogjakarta,8 dan adik bungsu berusia 1 tahun, 8 bulan 23 hari, ia kelahiran 23 agustus 1815 di Jogjakarta.9  
Mungkin, setelah selesai sarapan pagi, selayaknya anak-anak mereka akan bermain, bercanda, berlarian di kediaman yang luas itu. Kediaman mereka yang baru, di Benteng Duurstede. Kediaman itu berbentuk berlian,10 dikelilingi oleh tembok tebal setinggi 3,4 meter11, di arah utara dan selatan terdapat 2 bastion (menara penjaga/sudut menara) yang berbentuk setengah lingkaran12 dan dijaga oleh para penjaga. Di dalam benteng itu terdapat berbagai bangunan, seperti rumah komandan (residen), kantor-kantor, kantor untuk para staf, arsenal atau gudang mesiu, gudang cengkih dan fasilitas pemandian yang dilengkapi dengan sistim penampungan air.13 Pintu gerbang kediaman itu dihiasi oleh 24 anak tangga yang terletak di timur laut14, di atas gerbang pintu benteng, terdapat monogram yang berisikan nama pembangun serta tahun pembangunan benteng itu15.
Kediaman itu dibangun di bawah supervisi langsung oleh Gubernur Amboina, Nicolaas Schagen (1691-1696)16. Project pembangunan benteng yang dinamai Duurstede mengikuti nama tempat kelahiran sang pembangun17, merupakan project lanjutan pembangunan Benteng Hollandia di Siri Sori. Benteng Hollandia di tahun 1671 telah runtuh akibat tsunami18, yang mencapai puncak tsunami pada 14 februari 1674 seperti tercatat oleh Rumphuijs19.

Di sisi lain letak benteng Hollandia dianggap tidak strategis, karena itu perlu dibangun benteng baru yang letaknya lebih strategis20. Project pembangunan benteng baru itu dimulai pada tahun 1690 dan “diresmikan” pada tahun 1691.21 Untuk membangun benteng itu, materialnya adalah batu karang, batu, semen dan plaster.22 Satu tahun kemudian, di tahun 1692, seluruh aktivitas di Benteng Hollandia (meski telah runtuh) dipindahkan ke Benteng Duurstede23. Saat pindah “kantor” itu, kediaman yang baru itu hanya dijaga oleh 10 orang tentara, dan terus bertambah saat kediaman itu menjadi pusat seluruh aktivitas yang semakin padat24.
Jadi saat anak-anak Residen Saparoea yang baru itu bermain di dalam benteng, Benteng Duurstede telah berusia 126 tahun. Jam terus berputar menuju siang, mungkin saja anak-anak itu berhenti dan siap-siap untuk makan siang atau mungkin juga tidur siang. Sebuah kebiasaan baru yang merupakan hasil adaptasi dari orang-orang eropa terhadap kondisi iklim tropis di Indonesia25. Entah tepatnya jam berapa, namun pada siang itulah, terdengar kekacauan di luar, suara teriakan dan dobrakan pintu gerbang, suara amarah dari para lelaki yang mencoba menerobos masuk pintu, maupun dari tembok-tembok benteng. Mungkin saja, anak anak itu bingung, apa yang sedang terjadi, namun mungkin juga otak mereka mulai “mendeteksi” bahaya besar yang akan menimpa. Mungkin juga mereka mulai menangis, melihat kekacauan dan kediaman mereka diacak-acak oleh orang-orang yang mereka tidak kenal. Orang pertama yang tewas adalah Bombardier Verhagen yang mencoba menghalangi di pintu masuk26. Ia ditembak dan tersungkur, terkapar di lantai benteng. Mendengar bunyi tembakan yang ramai dan kacaunya keadaan, sang Residen keluar dan menghadapi para perusuh itu, ia sempat berdialog dengan mereka dan meminta maaf, namun ia ditembak, kali ini mengenai pahanya, ia tersungkur dan diseret pada tiang27, ia masih hidup dengan nafas tersengal-sengal. Kita tidak tahu pasti, apa yang sedang ia pikirkan, karena tidak ada literatur yang menceritakan hal itu secara eksplisit, namun kita hanya bisa menduga-duga. Mungkin ia mulai ketakutan karena malaikat maut telah berdiri di hadapannya. Tidak ada jalan keluar dari situasi seperti itu, mungkin ia mulai pasrah menghadapi takdir akibat tugasnya. Jacob Sahetapy28, Guru Kepala yang berdinas di Saparoea, diminta untuk berdoa kepada sang Residen dan akhirnya Residen van den Berg ditembak berulang-ulang hingga tewas29. Sang istri dan kedua anak mereka juga diseret ke tempat Residen terkapar dan ditembak tidak lama kemudian30. Kita hanya bisa membayangkan, darah mereka menggenangi lantai benteng, di tempat-tempat lain, darah juga tercecer karena para pegawai juga terbunuh. Lalu dimanakah anak tertua Residen, Jean Lubert van den Berg? Mungkin saat mendengar kekacauan itu, ia berlari dan bersembunyi didalam gudang cengkih yang ada di dalam benteng. Entah bagaimana kejadian pastinya31, namun faktanya pada akhirnya ia selamat dari pembantaian terhadap keluarganya di siang itu. Atas permintaan Salomon Pattiwael dan istrinya, ia kemudian dipelihara dan disembunyikan di Hutan Rila, Negeri Saparoea selama 6 bulan32. Kita tidak tahu, apa yang ia lakukan tiap hari dalam persembunyian itu. Yang pasti ia dirawat oleh Maria33, putri dari Salomon Pattiwael, mungkin pada hari-hari pertama, ia begitu traumatis menghadapi kejadian yang mengguncang hidupnya, namun seiring waktu, ia mulai bisa menerima takdirnya. Ia mulai bisa beradaptasi dengan kehidupan asing di dalam hutan itu. Saat para pemberontak mulai mencari dirinya di dalam hutan, pastinya rasa takut akan dibunuh seperti orang tua dan adiknya juga mengguncang dirinya. Kita tidak tahu secara pasti, bagaimana ia menghadapi semua hal itu selama 6 bulan persembunyiannya.

Di sisi lain, mungkin saja, ia mendengar usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah asal orang tuanya untuk menumpas pemberontakan itu. Mungkin juga ia mendengar naik turunnya usaha penumpasan pemberontakan itu. Tanggal 12 november 181734, setelah selama hampir 6 bulan, hidup dalam persembunyiannya, akhirnya ia “turun gunung”. Penumpasan dan penangkapan para pemimpin pemberontakan yang dilakukan di Tiouw, jadi titik masuknya. Orang tua angkatnya, mengirimkan pesan rahasia kepada pemimpin kapal perang Evertsen, Quirijn/Qurinius Maurits Rudolph Verhuell yang sedang berlabuh di Teluk Saparoea, jika ia masih hidup. Di tanggal itulah, ia kemudian diserahkan kepada Q.M.R. Verhuell dan dibawa ke Ambon menggunakan kapal perang tersebut. Kita tidak tahu persis bagaimana perasaan saat ia meninggalkan orang tua angkatnya, apakah ia sedih, bahagia karena telah lolos dari maut, ataukah ada dendam di hatinya. Yang pasti, di awal desember 1817, tepatnya 16 desember, ia dihadirkan oleh Arnold Adrian Buyskes untuk melihat eksekusi mati orang-orang yang telah membunuh ayah, ibu, dan adik-adiknya. Arnold Adrian Buyskess adalah orang yang dikirim oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda Baron van der Cappelen untuk menumpas pemberontakan, setelah Jacobus Albert Middelkoop dan Nicolaus Engelhard, gagal total mengatasi keadaan selama 6 bulan pemberontakan. Pertimbangan Buyskess untuk menghadirkan dirinya, agar dendam pembunuhan keluarganya bisa terbalaskan dengan melihat eksekusi mati Thomas Matulessia dan rekan-rekannya. Apakah ia dendam, sedih melihat mata diganti dengan mata, gigi diganti dengan gigi? Apakah itu yang ada di dalam hati kecilnya? Kita tidak tahu! Atau mungkin ia telah menerima nasibnya, atau ia mungkin telah memahami alasan kenapa orang tuanya dibunuh setelah selama 6 bulan ia hidup dalam persembunyian.

Lukisan Penyerahan Jean Lubert van den Berg ke pihak Belanda
Pelukis : Q.M.R. Verhuell tahun 1817
Judul lukisan : Het ontwapen der opstandelingen op het honimoa en weidsverden van een kinderen van der veermorden en Resident van den Berg
Sumber : Familie van den Berg van Saparoea dan Collectie Verhuell


               Lukisan Quirijn Maurits Rudolph Verhuell (11 Sept 1787 – 10 Mei 1860)
               Sumber : Museum Arnhem, collective Verhuell

Di bulan maret 181835, Jean Lubert van den Berg dibawa ke Soerabaia. Ia dibawa dengan kapal perang Evertsen yang kembali ke pangkalan. Di Soerabaia, ia tinggal dengan kakek dan neneknya selama beberapa bulan, hingga di akhir tahun itu, ia dikirim ke kampung halamannya, Belanda36. Di sana, ia tumbuh besar, bersekolah, dan menikah.
Ia menikah dengan seorang perempuan Belanda bernama Constance Gerardine Castendijk, kelahiran Dordrect Belanda 5 januari  181337. Pernikahan ini membuahkan 8 orang anak :

1.       Jeanetta Rudolphina Christina van den Berg kelahiran 17 maret 1833 di Velp
2.       Henriette Hester Constantien Roberta Johana van den Berg kelahiran 8 juni 1837 di Velp, Belanda
3.       Constance Gerardine van den Berg kelahiran  5 mei 1840
4.       Jean Rudolph van den Berg kelahiran 12 mei 1847
5.       Mari Gerard van Den Berg kelahiran 28 november 1848
6.       Anthoineta Henrietta Bertha van den Berg Kelahiran 9 november 1851 di Rheden, Belanda
7.       Francois Cornelie van den Berg kelahiran 24 juni 1857 di Rheden, Belanda
8.       Robertus Marius van den Berg kelahiran 19 april 1860 di Velp, Belanda38

Di tahun 1875, ia meminta kepada Staten General (DPR) dan pihak Kerajaan Belanda untuk mempertimbangkan agar nama familinya (familie naam) ditambahkan. Atas keputusan kerajaan no 7 pada tanggal 8 september 187539, namanya ditambahkan, sehingga namanya menjadi JEAN LUBERT VAN DEN BERG VAN SAPAROEA.

Istri tercinta diketahui meninggal pada tahun 1875, dan ia sendiri meninggal di tahun 1892 dalam usia 80 tahun. Keturunannya berbiak dan hingga kini telah mencapai generasi ke-6 dan semua keturunannya “dengan bangga” memakai nama Van den Berg Van Saparoea.

Van den Berg, Jejaring Keluarga dan Saparoea

Jejak-jejak Perjumpaan
Hubungan Residen van den Berg dengan Saparoea untuk pertama kalinya pada tanggal 15 maret 181740, saat ia dalam perjalanan menuju tempat tugas yang baru. Dalam perjalanan itulah, ia membawa istri dan ketiga anaknya. 20 maret 1817, ia dilantik menjadi Residen Saparoea di Benteng Victoria kota Ambon oleh Ketua Komisi Penyerahan Maluku dari Inggris ke Belanda, Nicolaus Engelhard yang juga adalah pamannya dari pihak keluarga istrinya41. Keesokan harinya, 21 maret 181742, dengan kapal perang, ia muncul di teluk saparua diiringi oleh tembakan salvo dan dentuman meriam menyambut kedatangannya. Beberapa hari kemudian, seluruh raja, patih, dan orang kaya dari seluruh Pulau Saparua dan Nusalaut hadir di benteng duurstede atas undangan Residen Inggris untuk menyaksikan upacara serah terima jabatan dari Residen Inggris ke Residen Belanda, Johanes Rudolph van den Berg. Sejak saat itulah ia secara resmi memulai tugasnya.
Hubungan awal Van den Berg dengan Saparoea ini, diperburuk dengan langkah “blunder”. Kesalahan pertama yang dilakukan adalah, ia menjalankan hukuman cambuk43 pada golongan yang dalam aturan golongan itu, tidak boleh menerimanya. Hukuman cambuk dengan rotan hanya diperuntukkan kepada orang pribumi bukan kepada yang lain44. Biasanya jika orang pribumi melakukan kesalahan, hukumannya dicambuk dengan rotan, dan orangnya diikat pada sebuah pohon45. Van den Berg melakukan kesalahan itu, saat ia “mengeksekusi” Anthonij Rhebook dan Philip Latumahina. Anthonij Rhebook adalah putra dari keluarga terhormat asal negeri saparoea46, yang juga adalah anggota korps lima ratus47, bentukan Thomas Stamford Raffles saat pemerintahan interregnum Inggris di Maluku. Philip Latumahina adalah bekas scriba/juru tulis residen48, kedua orang ini adalah orang burgher atau orang yang telah dimerdekakan. Golongan ini menempati strata sosial di atas orang-orang pribumi/asli.

Beberapa hari sebelumnya, Anthonij Rhebook dan Philip Latumahina, mabuk sageru/saguwer49, dan memukul Daniel Sorbeck50 hingga jatuh kedalam air. Daniel Sorbeck tak menerima “penghinaan” ini akhirnya melapor kepada Residen51. Residen akhirnya menjatuhi hukuman pencambukan dengan rotan, dimana kedua pelaku dibaringkan di kursi kayu, diikat dan dicambuk52. Hukuman ini sangat memalukan bagi Anthonij Rhebook dan Philip Latumahina, karena hukuman model ini hanya diperuntukkan bagi orang pribumi atau budak bukan kepada orang-orang dari golongan mereka. hal ini menimbulkan dendam “awal” sehingga kedua orang ini bergabung dengan Thomas Matulessia dalam pemberontakan itu.
Sebagai “PNS” kelas III53, saat ditunjuk menjadi Residen karena “pengaruh”54 paman dari pihak istrinya, Johanes Siberg55, ia tak punya pengalaman apa-apa yang berhubungan dengan pemahaman kondisi masyarakat “Indonesia” khususnya Pulau Saparoea. Saat menerima tugas ini, dan menempati pos barunya di Saparoea, ia mulai kesulitan, untuk menjalankan istruksi Nicolaas Engelhard dalam rangka menyediakan atau perekrutan serdadu Ambon bagi tentara Belanda. Sangat sedikit anak-anak muda asal pulau Saparoea dan Nusalaut yang menjadi wilayah tanggungjawabnya menjadi serdadu. Hal ini sangat memusingkan dirinya.
Kesulitan lain yang dihadapi Residen dalam hubungan dirinya dengan Saparoea adalah, ia harus mengatasi isu yang berhembus di awal pemerintahannya. Isu tentang pemberhentian guru-guru sekolah dan “sentralisasi” persekolahan yang hanya diadakan di Saparoea. Untuk mengatasi isu ini, ia menyurat ke komisaris di Ambon tertanggal 15 april 1817, ia memaparkan kemungkinan terburuk jika isu itu tetap dilaksanakan, dan ia memutuskan untuk tidak merubah kebijakan yang telah ada. Namun sayangnya, hal ini tidak diketahui oleh masyarakat pulau saparua dan nusalaut. Kegagalannya adalah ia tak berhasil meredam isu yang terus berkembang dalam masyarakat. Hubungan Residen dengan Saparoea terus memburuk. Ia menghadapi “kekerasan hati” masyarakat Saparoea dengan kekerasan pula. Ia memaksa dan menuntut agar masyarakat membuat garam untuk pihak gubernemen, selain itu diadakan sensus penduduk untuk kerja rodi dan pajak, dimana Residen sendiri turun tangan berkeliling untuk melakukan hal ini. Ia juga sering menghukum sendiri orang-orang yang dianggap bersalah dengan hukuman cambuk atau ditahan di “kamar gelap” di dalam benteng.
Tidak sampai 2 bulan sejak ia menempati pos barunya, ia telah menciptakan luka dan dendam di hati masyarakat saparoea. Ia telah “meramu” bom yang tinggal menunggu waktu untuk meledak.
Akibat dari kebijakan sang Residen yang seluruhnya “blunder”, mulai muncul isu-isu tak sedap. Gosip tentang pemberontakan mulai terdengar dimana-mana. Mungkin saja Residen telah mendengar isu ini sejak awal, karena ia di kalangan para pemberontak, terdengar isu bahwa, Patih Haria dan Raja Siri Sori tiap hari bertemu dengan Residen. Mungkin dalam pertemuan-pertemuan ini, residen mulai menerima laporan tentang rencana pemberontakan. Namun entah kenapa, residen tidak menganggapnya sebagai hal yang serius.

10 mei 1817, seorang Haria bernama Pieter Matheos Souhoka56 datang melapor pada Residen di Benteng Duurstede, tentang kebencian rakyat Saparoea terhadap Belanda dan dirinya serta persiapan pemberontakan. Sekali lagi, residen tidak mempercayainya, bahkan memanggil Raja Nolloth dan Booi untuk “mengcroscek” informasi ini57.  Namun kedua “pembesar” ini membantah informasi ini. Akibatnya, Pieter Matheos Souhoka dihukum pencambukan dengan rotan58. Pastilah Residen menghadapi dilema dan bingung karena menerima dan mendengar informasi yang saling berseberangan. Sekali lagi, informasi “datang” 2 hari kemudian, istri Raja Nolloth, Nyora Raja datang bertamu dan menemui istri Residen, keduanya “ngopi bareng”, disaat itulah Nyora Raja meyakinkan istri Residen bahwa laporan Pieter Matheos Souhoka itu adalah benar, karena di negerinya pun terlihat para lelaki sering berkumpul dan mempersiapkan diri untuk memberontak59. Namun anehnya, informasi inipun tak dipercayai oleh Residen, komandan benteng dan seluruh penghuni benteng.
Raja Ameth dan Siri Sori, sebenarnya ingin juga melapor kepada Residen, namun mereka telah mengetahui jika para pemberontak mengetahui hal ini, maka mereka dan keluarga akan dibunuh. Untuk menghindari hal ini, keduanya berangkat ke Ambon dan menemui Gubernur Maluku Jacobus Albert Middelkoop dan Ketua Komisi Penyerahan Maluku, Nicolaus Engelhard untuk melapor, namun para komisaris ini tidak mempercayainya. Raja Ameth dizinkan kembali, sedangkan Raja Siri Sori ditahan.
14 mei 1817, di malam hari kekacauan terjadi di Porto. Residen mendengar hal ini, sehingga di pagi tanggal 15 mei 1817, ia mengadakan “sidak” sendirian dengan menaiki kuda dan menuju Porto. Ia sempat singgah di kediaman Patih Haria untuk mendengar penjelasan kejadian malam sebelumnya. Rakyat yang telah membenci dirinya, mencari dan berusaha membunuhnya. Menghadapi situasi yang gawat, ia disembunyikan dan menulis surat kepada komandan pasukannya yang sedang berada di benteng. Surat ini dibawa oleh 2 orang Haria. Suratnya hanya singkat: "Sersan datanglah segera dengan dua belas orang bersenjata lengkap untuk membebaskan saya. Seluruh rakyat berontak. Datanglah segera!" Surat ini diterima oleh komandan benteng dan mereka bereaksi, sang juru tulis residen, Ornek bersama beberapa orang menuju Haria untuk menyelamatkan residen, namun kedatangan mereka disambut tembakan masyarakat. Tangan Ornek kena tembak, dan ia kembali pulang. Ia kembali lagi ke Haria untuk kedua kalinya, dengan pasukan yang lebih banyak, namun kali ini ia dihadapi dengan tembak menembak yang semakin ramai. Melihat situasi yang tidak menguntungkan, ia akhirnya memutuskan memerintahkan pasukannya untuk kembali ke markas.

Pada sisi lain, rupanya nasib residen masih beruntung. Thomas Matulessia sang pemimpin pemberontakan, kemudian menyelamatkan dirinya. Thomas Matulesia memerintahkan agar Residen dilepas dan diantar kembali ke Benteng. Kita tidak tahu, bagaimana prosesnya, namun kita bisa membayangkan, sepanjang jalan, Residen mengalami penghinaan dan ejekan seperti tersangka korupsi. Yang kita tahu, ia berhasil tiba di benteng, dan segera mempersiapkan seluruh penghuni benteng untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Saat bersamaan ia menerima laporan dari Ornek juru tulisnya, dan istrinya. Mereka berdua memberitahukan, jika pada paginya, mereka telah menyurat ke ambon. Juru tulis mengirimkan  surat kepada Gubernur Maluku, sedangkan istrinya menulis surat kepada Nicolaus Engelhard, yang juga pamannya. Sang residen juga mengirim surat ke Ambon, namun surat itu tak berhasil sampai. Orang-orang yang diminta untuk mencari arombai di Paperu, ditembak sehingga mereka tak kembali lagi ke benteng.
Perjumpaan dan kontak Residen dengan Saparoea terus berlanjut, di malam hari tanggal 15 mei 1817 itulah, tak disangka-sangka, ia menerima tamu tak terduga.  Anthonij Rhebook dan Philip Latumahina, malam itu berkunjung. Kita hanya bisa menduga-duga jika Residen pastilah curiga terhadap kedatangan orang ini. Namun pada akhirnya, ia menerima setelah kedua orang ini “menasehati” agar ia berhati-hati, bijaksana dan tidak memakai kekerasan dalam menghadapi rakyat. Sang residen sempat meminta maaf karena pernah menghukum mereka, dan pertemuan itu “diakhiri” dengan minum-minum. Kita tidak tahu persis berapa lama mereka bertiga berbincang-bincang dan apa saja yang mereka perbincangkan. Yang kita tahu selanjutnya adalah, Philip Latumahina malam itu, dizinkan tidur di dalam benteng, sedang Anthonij Rhebook diminta untuk menyampaikan surat Residen kepada rakyat Siri Sori, namun “sialnya” surat itu tidak sampai ditujuan yang diharapkan oleh Residen. Anhonij Rhebook menempel surat residen itu di tiang pasar Negeri Saparoea.
Jejak perhubungan Van den Berg dengan Saparoea, mencapai titik akhir di tanggal 16 mei 1817. Seperti yang kita ketahui, hubungan dan kontak itu berakhir di siang itu. Di siang itulah, ia, istri, kedua anaknya, dan seluruh pegawai terbunuh. Pada titik inilah, kontak itu terhenti, namun seperti “sinetron” hubungan ini terus berlangsung. Kematian sang residen memunculkan hubungan dan kontak baru dalam konteks yang “lain”. Hubungan baru ini “diciptakan” oleh anaknya yang selamat. Seperti takdir yang telah diatur. Hubungan baru itu tercipta sejak kematiannya hingga sekarang ini. Meski kontak dan intensitas hubungan itu tidaklah hanya melulu bersifat fisik, namun tetaplah selalu terikat sebuah hubungan, meski keterikatan itu hanya berwujud pada suatu nama… SAPAROEA!

Jejaring Keluarga
Seperti yang dijelaskan di atas, penunjukan Johanes Rudolph van den Berg sebagai Residen Saparoea, karena pengaruh keluarga besarnya. Ia direkomendasikan oleh mantan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Johanes Siberg (1801-1805) yang juga adalah paman istrinya. Johanes Siberg merekomendasikan keponakannya itu kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang baru Baron Godert Alexander Gerard Philips van Der Capellen (1816-1826)57. Selain itu, pelantikan Residen dilakukan oleh Nicolaus Engelhard yang juga paman istrinya. Nicolaus Engelhard bersama Jacobus Albert Middelkoop ditugaskan oleh Gubernur Jenderal van der Capellen sebagai Komisi Penyerahan Maluku dari Inggris ke Belanda. Jacobus Albert Middelkoop nantinya dilantik menjadi Gubernur Maluku, sedangkan Nicolaus Engelhard menjadi Ketua Komisi.
Pengrekomendasian hingga pelantikan dirinya menjadi Residen, bisa dibilang karena ada unsur “KKN”. Jejaring keluarga besarnya begitu berpengaruh. Penentuan jabatan, kedudukan dan promosi, tidak bisa dilepas dari peranan perempuan. Peranan perempuan dalam hal ini sangat kuat yang dimulai dari hubungan pernikahan. Jean German Taylor mengkaji hal ini disertai dengan jejaring yang diciptakan oleh perempuan dalam hubungan yang rumit dan memusingkan. Disebut memusingkan, karena suatu hubungan, suatu ikatan tercipta lewat pernikahan “keluar masuk” antara ipar dengan ipar, antara sepupu dengan sepupu, baik dari garis keturunan laki-laki maupun dari keturunan garis perempuan.

Hal ini juga terjadi dengan keluarga besar Residen van den Berg. Untuk memahami jejaring keluarga besar mereka, perlu dibaca secara teliti agar kita mendapatkan konteks dan titik masalahnya. Untuk itu, pada bagian ini akan diurai tentang keluarga besar mereka, dari sisi keluarga besar Johanes Rudolph van den Berg maupun keluarga besar Istrinya, Johana Christina Umbgrove.


Lambang Keluarga Van den Berg
Sumber : Familie Van den Berg Van Saparoea

Berdasarkan penelusuran, keluarga Johanes Rudolph van den Berg dimulai dari seorang laki-laki bernama  Willem van den Berg (1673-1745)60. Ia lahir di Enkhuizen North Holland pada tahun 1673 dan meninggal pada 18 april 1745 di Batavia (Jakarta). Ia menikah dengan seorang wanita bernama Maria Willems61. Pernikahan ini menghasilkan seorang anak bernama Johannes van den Berg yang lahir 12 mei 1738 di mocha taizz Yaman62. Tahun kelahiran dan kematian Maria Willems tidak diketahui.  Johannes van den Berg dibaptis pada tanggal 15 mei 173863, ia menikah dengan Geertruyda van Bronchorst64. Anak mereka yaitu Johannes Gerardus van den Berg lahir tahun 176265. Johannes van den Berg meninggal pada 12 februari 1789 di Garut Jawa Barat66. Tahun kelahiran dan kematian Geertruyda van Bronchorst tidak diketahui. Johanes Gerardus van den Berg menikah dengan Maria Elisabeth Coert pada tanggal 21 oktober 1786 dan memiliki 4 anak yaitu sang Residen Johanes Rudolph van den Berg yang lahir di Jogjakarta pada11 oktober 1789  , Anna Louise van den Berg yang lahir tahun 1792 di Jogjakarta, Arend Florentius van den Berg lahir 13 januari 1793 di Semarang dan Carel Lodewijk van den Berg lahir 14 september 1798 di Jogjakarta67. Johannes Gerardus van den Berg meninggal tahun 1842. Istrinya, Maria Elisabeth Coert lahir tahun 1772 dan meninggal pada tahun 1848.   Ayah Residen yaitu Johannes Gerardus van den Berg adalah Residen Jogjakarta68.  Dari garis ibu sang residen, Maria Elisabeth Coert adalah putri pasangan Johannes Coert dan Maria Augusta Hack69. Selain Maria Elisabeth Coert, pasangan ini juga memiliki anak yaitu Wilhelmina Dorothea Coert dan Joachim Frederik Coert70. Setelah Maria Augusta Hack meninggal, Johannes Coert menikah lagi dengan seorang perempuan bernama Anna Faith71. Dari hubungan ini, maka bisa diterangkan bahwa, Wilhelmina Dorothea Coert dan Joachim Frederik Coert adalah bibi dan paman sang Residen dari pihak ibunya, sedangkan Anna Faith adalah nenek tiri sang residen dari pihak ibu.
Sang Residen, Johanes Rudolph van den Berg seperti yang dijelaskan di atas, menikah dengan Johana Christina Umbgrove pada tanggal 18 agustus 1810 di Amsterdam Belanda. Pernikahan ini menghasilkan 3 orang anak, dan ketiga anak inilah yang “terlibat” dalam perang Pattimura seperti diceritakan pada bagian sebelumnya.
Keluarga besar istri Residen, sangat banyak dan “bercabang-cabang” karena itu, perlu diurai satu persatu, agar kita bisa mengikutinya dengan baik. Uraian pertama akan dijelaskan dari pihak ayah Johana Christina Umbgrove atau ayah mertua Residen, dan diikuti oleh uraian dari sisi ibu Johana Christina Umbgrove atau ibu mertua Residen.
Orang Tua Johana Christina Umbgrove adalah Jan Lubert Umbgrove dan Constantia Cornelia Alting72. Constantia Cornelia Alting sendiri adalah putri kedua73 dari Gubernur Jenderal VOC Willem Arnold Alting yang memerintah 1780-179674.

Pernikahan Jan Lubert Umbgrove dan Constantia Cornelia Alting menghasilkan 4 orang anak, 2 perempuan dan 2 laki-laki, yaitu Jsabella Umbgrove (Geusau) lahir tahun 1788, Johana Christina Umbgrove lahir di Tegal 29 April 1791, John Isaac Umbgrove lahir tahun 1799 dan Johan Lubert Umbgrove lahir  25 juli 180075.
Sebagai tambahan, sebelum menikah dengan sang Residen, Johana Christina Umbgrove pernah menikah dengan Gerrit Jan Adolph Haas76.
Keluarga ayah Johana Christina Umbgrove hanya bisa ditelusuri hingga bermula dari seorang lelaki bernama Jan Umbgrove (1643-1719)77. Jan Umbgrove (1643-1719) ini menikah dengan seorang wanita bernama Helena Noeij (1652 - ???)78. Anak mereka bernama Gerhard Umbgrove (1690-1764)79. Anak mereka bernama Gerhard Umbgrove (1690-1764) menikah dengan Lucretia Judith Wilbrennick (1690-1760)80. Ada hubungan “menarik” antara Helena Noeij sebagai ibu mertua dengan anak mantunya Lucretia  Judith Wilbrennick. Hubungan menarik ini adalah keduanya bersaudara sangat dekat. Helena Noeij adalah bibi kandung dari Lucretia Judith Wilbrennick, karena ibu Lucretia Judith Wilbrennick, Johana Noeij (4 Feb 1656 - 18 Jan 1724) adalah adik kandung Helena Noeij81. Ayah Lucretia Judith Wilbrennick adalah Johanis Wilbrennick. Jadi bisa dibilang sepupu menikah dengan sepupu. Pasangan Gerhard Umbgrove dan Lucretia Judith Wilbrennick memiliki anak yang bernama Johan Umbgrove (1723-1769)82. Johan Umbgrove (1723-1769) selanjutnya menikah dengan Sibilla Snabelius83.  Pasangan ini memiliki 3 anak yaitu : Gerard Umbgrove (5 Des 1754 - ???), Willhelmus Umbgrove (11 Des 1756 – 27 Okt 1838), serta Jan Lubert Umbgrove (17 Sept 1759 – 28 Sept 1826)84. Jan Lubert Umbgrove inilah yang nantinya menikah dengan Constantia Cornelia Alting dan memiliki anak bernama Johana Christina Umbgrove, istri sang Residen itu. Kakak Jan Lubert Umbgrove, Willhelmus Umbgrove diketahui menikah dengan Sinna Maria Jordens (1757-1828)85.
Seperti diurai di atas, bahwa pernikahan Jan Lubert Umbgrove dan Constantia Cornelia Alting menghasilkan 4 orang anak yang salah satunya adalah istri residen. Sebelum kita mengikuti uraian kelurga besar dari pihak ibu Johana Christina Umbgrove, ada baiknya kita mengurai dulu tentang keluarga saudara-saudara Johana Christina Umbgrove. Kakak tertua Johana Christina Umbgrove adalah Jsabella Umbgrove / von Geussau (1788-1854)  – karena menikah dengan Geussau- menikah dengan Willem Arnold Alting Lamoraal von Geussau ( 2 Nov 1783 – 7 Nov 1855)86. Pasangan ini memiliki 2 orang anak yaitu Pieter Gerard von Geussau (15 Jan 1800 – 15 Jun 1882) dan Jeanne Lubertina von Geusau yang lahir tahun 181687. Orang tua Willem Arnold Alting Lamoraal von Geussau adalah Lamoraal von Geussau dan Wilhelmina von Geussau88.
 Pieter Gerard von Geussau (15 Jan 1800 – 15 Jun 1882) menikah dengan 2 wanita yaitu Theodora Jordens (13 Agust 1809 – 08 Jul 1838)89 serta Dorothea Helena Catharina de Raas90.
Dengan Theodora Jordens, Pieter Gerard von Geussau memiliki 2 anak yaitu Willem Arnold Christian Alting von Geussau (1836 -1885) serta Coenrad Alexander von Geussau ( 3 Januari 1838 - ???)91. Sedangkan dengan istri keduanya, Pieter Gerard von Geussau tidak memiliki anak.
Jeanne Lubertina von Geusau (1816 - ???) menikah dengan Willem Constant van Reede van Oudtshoorn dan memiliki anak yang diberi nama Isabella Cornelia Sybilla Henrietta Wilhelmina van Reede van Oudtshoorn lahir pada 8 Juni 183792.  
Adik Johana Christina Umbgrove yaitu Jhon Isaac Umbgrove (1799 – 7 Jun 1844) diketahui menikah dengan Maria Theressa Lamberthina Rosalie Cazin93. Adik bungsu Johana Christina Umbgrove, Johan Lubert Umbgrove ( 25 Jul 1800 – 27 Feb 1859) diketahui menikah dengan wanita bernama Elisabeth Tjeenk (1805 – 1898)94.

Setelah kita mengikuti uraian keluarga dari pihak ayah Johana Christina Umbgrove, giliran kita mengikuti uraian keluarga dari pihak ibu Johana Christina Umbgrove yaitu Constantia Cornelia Alting. Constantia Cornelia Alting adalah putri kedua dari Willem Arnold Alting yang merupakan Gubernur Jenderal VOC. Orang tua Constantia Cornelia Alting adalah Willem Arnold Alting (11 Nov 1724 – 7 Jun 1800) dan istrinya Hendrina Maria Knabe (??? – 1774)95. Pasangan ini memiliki 2 anak yaitu Pieternella Gerhardina Alting (3 Mei 1757 – 20 Jan 1818) dan Constantia Cornelia Alting (1770 – 1840)96.
Pieternella Gerhardina Alting (3 Mei 1757 – 20 Jan 1818) ini sebelum menikah dengan Johanes Siberg, pernah menikah dengan Samuel Jan Abeleven97. Kita tahu, Johanes Siberg adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang memerintah sejak 1801-1805. Saat ayah mertuanya Willem Arnold Alting menjadi Gubernur Jenderal VOC (1780 – 1796), ia menjadi Direktur Jenderal Perdagangan, orang nomor dua dalam lingkar kekuasaan ayah mertuanya. Jadi Johana Christina Umbgrove, istri residen itu bisa dikatakan adalah keponakan Johanes Siberg, sehingga Johanes Rudolph van den Berg secara otomatis adalah keponakannya juga. Dari hubungan ini, kita bisa tahu dasar penunjukan Van den Berg menjadi Residen Saparoea.
Willem Arnold Alting menikah 2 kali yaitu dengan Hendrina Maria Knabe dan Susana Maria Grebel namun tak memiliki anak98. Susana Maria Grebel adalah janda Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel99, orang berpengaruh lainnya dalam kekuasaan VOC atau pemimpin klan Senn van Basel. Kita perlu “berhenti” sebentar pada informasi ini, karena jika kita terus menelusuri siapa Susana Maria Grebel, maka kita akan “tersesat” dalam “rimba” jejaring keluarga yang semakin rumit. Wanita ini “menciptakan” jejaring keluarga dan “menarik serta mengikat” hubungan keluarga karena pernikahannya dengan orang berpengaruh layaknya sebuah dinasti bangsawan di masa itu.
Keluarga Willem Arnold Alting bisa ditelusuri hingga ke kakek buyutnya yaitu Hendrik Alting (1630 - ???)100. Hendrik Alting (1630 - ???) ini menikah dengan wanita bernama Gesina Brauw (1630 - ???)101. Anak yang lahir dari pernikahan ini adalah Willem Alting (1658 – 29 Jan 1721)102. Willem Alting (1658 – 29 Jan 1721) diketahui menikah dengan 3 wanita yang bernama Clara Bartels (??? – 7 Nov 1686),  Anna Rijpama (??? – 10 Agust 1690),  serta Johana Christina van Leenhoof (28 Jan 1668 – 22 Jul 1756)103. Pernikahan Willem Alting dengan Clara Bartels tidak menghasilkan anak, sedangkan dengan Anna Rijpama hanya memperoleh 1 anak yang meninggal di usia muda yaitu Hendrik Alting (17 Mar 1690 – 13 Mei 1690)104. Sedangkan dengan istri ketiga, ia memperoleh 5 anak yaitu Gerhardus Alting I (27 Agust 1692 – 2 Nov 1692), Gerhardus Alting II (1 Apr 1694 – Des 1755), Bernhardus Alting (27 Des 1695 – 8 Jun 1780), Anna Geertruijda Alting (17 Agust 1697 – ???) serta Christina Maria Alting (6 Juli 1702 - ???)105. Johana Christina van Leenhoof (28 Jan 1668 – 22 Juli 1756) merupakan putri dari Gerardus van Leenhoff dan Christina Sithart106
Gerhardus Alting II (1 Apr 1694 – Des 1755) menikah dengan Fockelina Blencke (12 Apr 1698 – 5 Feb 1755)107 yang merupakan putri dari Gerrit Blencke dan Bouwina Huisman108, saudara lelaki Fockelina Blencke adalah Abraham Blencke (5 Agust 1695 - ???)109
Leluhur Fockelina Blencke bisa di telusuri dari pihak ibunya hingga ke lelaki bernama Johan Huisman yang lahir sekitar 1552110.  
Pernikahan Gerhardus Alting II dengan Fockelina Blencke pada 23 Feb 1723 dan memperoleh 3 orang anak yaitu Willem Arnold Alting (11 Nov 1724 – 7 Jun 1800), Johana Christina Alting (14 Okt 1725 – 1765) dan Maria Alting (1733 - 1817)111.
Sebelum kita mengurai tentang keluarga Willem Arnold Alting, mungkin ada baiknya kita menjelaskan sedikit tentang keluarga adik-adiknya.
Adik Willem Arnold Alting, Johana Christina Alting menikah dengan Isaac Pieter Velingius dan memperoleh 5 anak yaitu Wilhelmus Velingius (18 Agust 1746 - ???), Gerhardina Fockelina Velingius, Ulrich Cornelius Velingius, Abdiaz Eliza Velingius dan Willem Arnold Velingius112. Adik W.A. Alting yang lain, Maria Alting menikah dengan Nicolaas Engelhard II (1733 – 1765)113 dan memperoleh 2 anak yaitu Gerardina Fockelina Engelhard (1758 – 1838) dan Nicolaas Engelhard III (1 Des 1761 – 31 Mei 1831)114.. kakek dan nenek dari Nicolaas Engelhard III adalah Nicolaas Engelhard I dan Arnoldina Leyendecker115.
Nicolaas Engelhard (III) inilah yang menjadi Ketua Komisi Penyerahan Maluku ke Belanda dan melantik Van den Berg menjadi residen. Dari hubungan persaudaraan ini, kita bisa melihat bahwa Nicolaas Engelhard adalah keponakan Willem Arnold Alting yang berarti bersepupu dengan Constantia Cornelia Alting, sehingga Johana Christina Umbgrove adalah keponakan Nicolaas Engelhard.
Nicolaas Engelhard nantinya akan menikah dengan Maria Wilhelmina Mersen Senn van Bassel yang memiliki hubungan keterikatan dengan Susana Maria Grebel, yang menikah dengan Willem Arnold Alting seperti di ceritakan diatas.
Seperti diceritakan diatas, bahwa Willem Arnold Alting menikah 2 kali, yaitu dengan Hendrina Maria Knabe dan Susana Maria Grebel. Sebelum menikah dengan Willem Arnold Alting, Susana Maria Grebel (Apr 1736 – 4 Feb 1779) menikah dengan Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel (26 Feb 1710 – 23 Mar 1770). Siapa Susana Maria Grebel dan Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel?
Susana Maria Grebel adalah putri dari Benjamin Grebel dan Susana van Macasar116. Sedangkan 
Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel merupakan putra dari Anthonij Willhelmus Senn van Bassel (???? – 27 Apr 1804)117. Anthonij Willhelmus Senn van Bassel (???? – 27 Apr 1804) menikah dengan 3 orang istri yaitu Catharina Vingerhoed, Maria Catharina Fabre dan Margaretha Bernadina de Lille  (???? – 17 Jul 1769)118.  Catharina Vingerhoed, Maria Catharina Fabre tak memiliki anak. Sedangkan dengan Margaretha Bernadina de Lille, memiliki 6 orang anak yaitu :

1.       Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel (26 Feb 1710 – 23 Mar 1770)
2.       Willem Anthonij Mersen Senn van Bassel (17 Okt 1757 - ????
3.       Willem Elisa Mersen Senn van Bassel (13 Mar 1760 - ???)
4.       Hendrik Carel Anthonij Senn van Bassel (8 Okt 1761 - ???)
5.       Abraham Catharinus Senn van Bassel (7 Apr 1765 - ???
6.       Christhina Johana Senn van Bassel (16 Sept 1766 - ???)119

Seperti ayahnya, Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel juga menikah dengan 3 orang istri yaitu : Titia Cunnegouda Schiphorst, Soetje Sara Cloot (22 Nov 1722 – 11 Feb 1769) dan Susana Maria Grebel120. Dengan Soetje Sara Cloot, mereka memiliki 8 anak yaitu :

1.       Willem Adrian Senn van Bassel (12 Mar 1755 – ???)
2.       Librecht Senn van Bassel (1758 – 6 Des 1790)
3.       Philipina Maria Theodora Senn van Bassel (1765 - ???)
4.       Willem Otto Senn van Bassel
5.       Johan Pieter Senn van Bassel
6.       Cornelia Magdalena Senn van Bassel
7.       Huybert Jan Carel Senn van Bassel
8.       Anna Jacoba Senn van Bassel121

Dengan Titia Cunnegouda Schiphorst dan Susana Maria Grebel, Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel tak memiliki anak.

Seperti ingin “mengalahkan record” ayahnya, Willem Adrian Senn van Bassel menikah dengan 6 orang istri.
a)      Dengan Anna Maria Hororeman (14 Sept 1751 – 9 Mei 1788)122 :
§  Johana Susana Senn van Bassel (6 Sept 1775)
§  Huibert Librect Senn van Bassel (6 Jul 1777)
§  Librecht Senn van Bassel (17 Mar 1780)
§  Wouter Carel Senn van Bassel (23 Nov 1781)
§  Anthonij Wilhelmus (10 Agust 1783)
§  Jacobus Leonardus Mersen Senn van Bassel (31 Agust 1785)
§  Philipina Maria Theodora Senn van Bassel123

b)      Dengan Ida Adriana Helena Wiese  (1759 – 1791)124
§  Wilhelmina Adriana Mersen Senn van Bassel (18 Agust 1790 – 16 Mar 1866)125

c)      Dengan Theodora Jacoba van Riemsdijk (1 Mar 1775 – 12 Mei 1815)126
§  Willhelmina Henriette Baud Senn van Bassel (23 Okt 1789)
§  Sara Catharina Senn van Bassel (24 Apr 1797)
§  Mathijs Adrian Senn van Bassel127

d)      Dengan Jacoba Dorothea Craan128
§  Tak memiliki anak

e)      Dengan Racla. N.N129
§  Willhelmina Hendrika Senn van Bassel
§  Anna Carolina Senn van Bassel130

f)       Dengan Susana Maria Grebel131
§  Maria Wilhelmina Mersen Senn van Bassel (28 Mei 1770 – 27 Des 1822)132 (orang inilah yang menikah dengan Nicolaas Engelhard)133

NB: Susana Maria Grebel di bagian ini, tidak sama orangnya dengan istri Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel dan Willem Arnold Alting.

Kita kembali ke keluarga Johanes Siberg. Johanes Siberg yang merupakan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, adalah suami kedua dari Pieternela Gerhardina Alting. Sebelum menikah dengan Johanes Siberg, Pieternela Gerherdina Alting menikah dengan Samuel Jan Abeleven (29 Agust 1745 – 2 Mar 1776)134. Pernikahan ini menghasilkan seorang anak yang bernama Hendrina Maria Abeleven (Oktober 1775). Samuel Jan Abeleven adalah anak dari Gubernur Maluku di masa VOC yaitu Abraham Abeleven berkuasa tahun 1755 – 1757135.
Ia kemudian menikah lagi dengan Johanes Siberg (14 Okt 1740 – 18 Jun 1817). Pernikahan ini menghasilkan 2 anak laki-laki yaitu : Willem Arnold Alting Siberg (1778 – 1808) dan Pieter Gerhart Siberg (1785)136. Willem Arnold Alting Siberg menikah dengan Margueritta Jacoba van der Hoeven (1776 - 1816) pada tanggal 26 mei 1799 dan memperoleh anak Johanis Willem Siberg (23 Mar 1800 -??? ), Martha Maria Johana Adriana Willem Siberg (20 Agust 1801 - ), Martha Maria Jacoba Adriana Alting Siberg (1802), Pierre Gerard Willem Siberg (25 Feb 1803 - ), Francoise Catharine Emilie Elise Alting Siberg (11 Agust 1808 -???)137.
Sedangkan Pieter Gerhart Siberg menikah dengan 2 wanita yaitu Johana Sara Limburg Stirum/ Countes of Siberg– karena menikah dengan Siberg (2 Nov 1786 – 22 Mar 1849) – dan Anna Maria Reijnst/Reynst (1793)138. Pernikahan dengan Johana Sara Limburg Stirum tidak menghasilkan anak, sedangkan dengan Anna Maria Reijnst/Reynst memperoleh seorang anak yang bernama Charles Francois Siberg139
Kedua istri Pieter Gerhard Siberg adalah bersaudara sepupu, karena ibu dari Johana Sara Limburg Stirum dan ayah dari Anna Maria Reijnst/Reynst adalah adik dan kakak kandung. Hubungannya seperti ini, Kakek dan Nenek dari mereka berdua adalah Pieter Hendrik Reijnst/Reynst(4 agustus 1723 – 26 mei 1769) dan Johana Sara Bicker (6 Des 1731 – 13 Aprl 1801)140. Pasangan ini memiliki 2 anak yaitu, Johana Sara Reijnst/Reynst (9 Mei 1762 – 29 Mei 1837) dan Pieter Hendrik Reijnst (yunior - 20 Mei 1767 – 27 Feb 1832)141. Johana Sara Reijnst/Reynst menikah dengan Samuel Jhon Graff van Limburg Stirum (11 Feb 1754 – 20 Jul 1824)142, dan salah satu anak mereka adalah Johana Sara Limburg Stirum. Sedangkan Pieter Hendrik Reijnst/Reynst menikah dengan 2 wanita yaitu Susana Ignatia Radermacher dan Susana Maria Sperling143. Pernikahan dengan Susana Ignatia Radermacher memperoleh 2 anak yang salah satunya adalah Anna Maria Reijnst/Reynst, sedangkan pernikahan dengan Susana Maria Sperling tidak memperoleh anak.
Kakek Anna Maria Reijnst/Reynst dan Johana Sara Limburg van Stirum yaitu Pieter Hendrik Reijnst/Reynst jika ditelusuri sampai jauh keatas/kebelakang adalah keturunan dari salah satu adik Gubernur Jenderal VOC ke -2 yaitu Gerard Reynst/Reijnst (1614-1615)144, sang pengganti Gub Jenderal VOC pertama Pieter Both.   

Setelah kita “melalang buana” di  jejaring keluarga besar Van den Berg, kita kembali ke keturunan Van den Berg. Seperti yang telah ditulis pada bagian sebelumnya, Johanes Gerardus van den Berg (ayah residen) dan Maria Elisabeth Coert (ibu residen) memiliki 4 anak yaitu :

1.       Johanes Rudolh van den Berg (Jogja 11 Okt 1789 – Saparoea, 16 Mei 1817)
2.       Anna Louise van den Berg (Jogjakarta ,1792 – Passy Perancis, 8 Agust 1825)
3.       Arend Florentius van den Berg (Semarang 13 Jan 1793  ?)
4.       Carel Lodewijk van den Berg (Jogjakarta 14 Sept 1798 – Jogja, 1873)

Keturunan Anna Louise van den Berg. Anna Louise van den Berg pertama kali menikah dengan Robbert Christian D’Abo pada tahun 1806 di Surabaya145. Pasangan ini memiliki 3 anak yaitu :

1.       Roberth Douglas D’Abo ( Batavia, 7 Mei 1815   ?)
2.       Gerard Louis D,Abo (Surabaya, 13 Jul 1819 – Arnhem, 13 Okt 1905)
3.       Arend Cornelis Florentinius Anne H. D’Abbo (Padang, 1823)146

Robert Christian D’Abo adalah putra dari Erland Nicolai D’Abo dengan Elisabeth Douglas147. Anna Louise van den Berg kemudian menikah lagi dengan Huibert Gerard Nahuys pada 12 september 1824 di Jogjakarta. Huibert Gerard Nahuys adalah Resident Jogjakarta dan putra dari Petrus Cornelis Nahuys dan Catharina De Saintamand148.

Keturunan Arend Florentius van den Berg. Arend Florentius van den Berg menikah dengan Cornelia Maria D’Abo pada 27 januari 1814 di Batavia. Cornelia Maria D’Abo adalah putri dari Erland Nicolai D’Abo dengan Elisabeth Douglas atau adik perempuan dari Robert Christian D’Abo149. Pasangan ini memiliki 7 anak yaitu:

1.       Carel Hoorns van den Berg. Ia menikah dengan Anna Francina Landtehr tahun 1835 di Padang
2.       Jan van den Berg (Batavia, 7 Mei 1815 – ?)
3.       Anna Louisa Florentina van den Berg (Padang, 17 Sept 1820  ?). Ia menikah dengan Gerardus Elbertus Tolsma dan Henrij Burnabij Lautier di Padang pada 20 Apr 1837
4.       Douglas van den Berg (Padang, 1827  ?)
5.       Willem van den Berg (Padang, 1832  ?)
6.       Anna Jacoba van den Berg (Padang, 13 Feb 1833  ?)
7.       Carel Hendrik van den Berg (Padang, 26 Sept 1836  ?)150

Keturunan Carel Lodewijk van den Berg. Carel Lodewijk van den Berg menikah dengan Maria Magdalena Baumgarten pada 24 Maret 1830 di Jogjakarta151. Anak mereka adalah:

1.       Lodewijk Gerard Florentius Rudolph Willem Christian. van den Berg (Jogja, 29 Des 1830  ?). Ia menikah dengan Celestina Helena Gaebel pada 7 Agust 1865 di Jogja. Helena Gaevel adalah putri dari Fredrich Christian Gaebel dan Samirah, seorang wanita Jawa.
2.       Catharina Emelia Magdalena van den Berg (Jogja, 9 Mar 1835  ?). ia menikah dengan Lambertus Petrus Justinianus Louwaars pada 5 Jun 1863 di Jogja. Orang tua Lambertus adalah Johanes Cornelis Louwaars dan Petronella Jacoba van Zitter
3.       Otto Arends van den Berg (Jogja, 27 Mei 1836  ?). ia menikah dengan Anna Sophia Carolina Pennekamp pada 8 juli 1873 di Jogja. Anna adalah putri dari Bernhard Pennekamp dan Adriana Gerardina Dorothea Keidel
4.       Willhemina Dorothea van den Berg (Jogja, 5 Jan 1839  ?)
5.       Willhelmus Johanes Ernst van den Berg (Jogja, 25 Sept 1839  ?)
6.       Robbert Christian Nicolai van den Berg (Jogja, 1 feb 1841  ?)
7.       Maria Elisabeth van den Berg (Jogja, 7 Nov 1842  ?)
8.       Willem van den Berg (Jogja, 16 Jan 1844  ?)
9.       Carel Lodewijk George van den Berg (Jogj, 2 Jan 1846 – Jogja, 14 Des 1916). Ia menikah dengan Maria Marinten152

Keturunan Johanes Rudolph van den Berg (Residen Saparoea). Ia menikah dengan Johana Christina Umbgrove. Anak-anak mereka adalah:

1.       Johanes Lubert (Jean Lubert) van Den Berg (Jogja, 3 Feb 1812 – Velp, 1892)
2.       Johanes Gerardus van Den Berg (Jogja, 6 Des 1813 – Saparoea, 16 Mei 1817)
3.       Johanes Rudolp van Den Berg (Jogja, 23 Agust 1815 – Saparoea 16 Mei 1817)

Johanes Lubert (Jean Lubert) van den Berg menikah dengan Constance Gerardine Castendijk. Anak-anak mereka adalah :

1.   Jeanetta Rudolphina Christina van den Berg (Velp 17 Mar 1833 – Dordrecht, 7 Des 1870). Ia menikah dengan Johanes Carel den Bandz pada 19 agustus 1859 di Velp.
2.    Henriette Hester Constantien Roberta Johana van den Berg (Velp 8 Juni 1837  ?) ia menikah dengan Florentin Charles Dufour pada 29 Apr 1858 di Rheden
3.   Constance Gerardine van den Berg (Velp 5 Mei 1840  ?) ia menikah dengan Marie Francois Jacques Phaff pada 17 oktober 1860 di Rheden
4.   Jean Rudolph van den Berg (12 Mei 1847  ?) ia menikah dengan Emma Pauline Bogaert
5.  Marie Gerard van den Berg (Velp 28 Nov 1848  ?). ia menikah dengan Adriana Theodora Schuurboque Boeije pada 6 Mar 1879 di Utrecht
6.      Anthoineta Henrietta Bertha van den Berg (Rheden 9 Nov 1851  ?). Ia menikah dengan Henry Louis Boogard pada 28 Nov 1872 di Velp
7.    Francoise Cornelie van den Berg (Rheden 24 Jun1857  ?). Ia menikah dengan Albert Johan Jacob Baron van Styrum pada 29 Apr 1879 di Velp
8.      Robertus Marius van den Berg (Velp 19 April 1860  ?)

Anak-anak Jean Rudolph van den Berg dengan Emma Pauline Bogaert adalah:
1. Constant.J.G.L.van den Berg van Saparoea (Den Bosch, 14 Jun 1874 ). Ia penulis Herinneringen mijneur jeugd, 1942 tentang kisah hidup kakeknya  Jean Lubert van den Berg van Saparoea
2.       Paul.J. van den Berg van Saparoea (Venlo, 26 Apr 1877)
3.       Rudolph.J. van den Berg van Saparoea (Venlo, 14 Jun 1878)153

Anak Marie Gerard van den Berg dengan Adriana Theodora Schuurboque Boeije adalah:
1.       Constance .G.J.L. van den Berg van Saparoea (11 Jan ?)
2.       Raymond.P.J. van den Berg van Saparoea (Terborg, 26 Apr 1883)

3.       Henriette C. van den Berg van Saparoea154

Jejaring Keluarga dan Kekuasaan
1.       Ayah Residen, Johanes Gerardus van den Berg adalah Residen Jogjakarta
2.    Ayah mertua Residen atau ayah dari istrinya, Jan Lubert Umbgrove adalah Residen Tegal dan Cirebon155
3.    Paman Residen dari keluarga istrinya, Nicolaas Engelhard adalah Gubernur Pantai Timur Laut Jawa, yang kemudian menjadi Ketua Komisi Penyerahan Maluku dari tangan Inggris ke Belanda. Saat menjadi Gubernur Pantai Timur Laut Jawa inilah, salah satu “bawahannya” Jacobus Albert Middelkoop atas perintah dirinya, mengumpulkan berbagai bahan tentang sejarah Jawa. Bahan-bahan yang dikumpulkan oleh Middelkoop inilah, yang dijadikan sumber utama Thomas Stamford Raffles untuk menyusun karya terbesarnya “History of Java”
4.    Paman Residen dari keluarga istrinya, Johanes Siberg adalah Gubernur Jendral Hindia Belanda (1801 – 1805). Atas rekomendasi Johanes Siberg, maka Van den Berg bisa menjadi Residen. Selain itu, Johanes Siberg pernah menjadi Gubernur Pantai Timur Laut Jawa156, sebelum Nicolaas Engelhard menduduki jabatan itu. Ia juga adalah Direktur Jenderal Perdagangan di masa Willem Arnold Alting menjadi Gubernur Jenderal VOC.
5.     Kakek mertua Residen, atau kakek dari istrinya adalah Willem Arnold Alting Gubernur Jenderal VOC (1780 – 1796)157
6. Salah satu sepupu Nicolaas Engelhard yaitu, Peter Engelhard adalah Minister Jogjakarta158, yang berkuasa di masa pemerintahan Willem Herman Daendels, dan “penentang” mega Project Jalan Anyer ke Panarukan milik Daendels.
7.     Mantan ayah mertua dari bibi istri Residen adalah Abraham Abeleven, Gubernur Maluku (1755  1757)
8.  Keturunan keluarga bibi istrinya, yaitu ibu mertua dari Piter Gerhart Siberg, Susana Ignatia Radermacher adalah salah satu anak dari JCM. Radermacher, pendiri Bataviasch Genootschap van Kunsten en Wettenschapen atau Royal Batavian of arts and Sciences Batavia, lembaga masyarakat ilmu pengetahuan dan seni Batavia159
9.   Keturunan keluarga bibi istrinya, menghubungkan keluarga mereka dengan keturunan keluarga Gerard Reijnst/Reynst, Gubernur Jenderal VOC ke – 2.
10.   Kerabat keluarga istri Residen yaitu Huijbert Jan Carel Anthonij Senn van Bassel adalah anggota Raad van Indie bersama Willem Arnold Alting saat Gubernur Jenderal VOC Petrus Albert van Der Parra (1761-1775)160
11.   Istri Willem Adrian Senn van Bassel, Theodora Jacoba van Riemsdijk adalah cucu dari Jeremias van Riemsdijk (garis ayah) yang merupakan anggota Raad van Indie VOC161, sedangkan dari garis ibu, Theodora Jacoba van Riemsdijk adalah cucu dari Jacobus Johanes Craan yang juga anggota Raad van Indie VOC162. Anak Willem Adrian Senn van Bassel dan Theodora Jacoba van Riemsdijk yaitu Willhelmina Henriette Baud Senn van Bassel adalah istri Gubernur Jendral Hindia Belanda Baron Jean Chriten Baud yang memerintah 1834 – 1836163
12.   Adik Residen, yaitu Anna Louise van den Berg adalah istri Residen Jogjakarta


Dari hubungan pernikahan yang “rumit” inilah, seorang Susana Maria Grebel “menarik” dan menciptakan jejaring keluarga. Ia “menarik” keluarga Alting, van Riemsdijk, Craan, Siberg, Engelhard, Van den Berg kedalam sebuah dinasti berpengaruh.

Penutup

Hidup dan mati adalah takdir kemanusiaan. Kita lahir dan pada akhirnya akan berujung pada sebuah kematian. Namun kematian juga bisa melahirkan sebuah kehidupan yang baru. Seperti pada artikel ini, kematian pada satu titik, melahirkan “kehidupan” yang lain. Seorang Jean Lubert van den Berg van Saparoea “bangkit” dari kematian dan memulai kehidupan yang “baru”. Kehidupan tanpa orang tua dan adik-adiknya. Kehidupan yang dijalani dengan segala kenangan pahit, menyakitkan yang terus beriring. Meski penuh dengan kenangan pahit, kenangan pahit itu ia “formulasikan” dengan cara baru164, meski cara baru itu bukan hal baru. Mungkin penambahan namanya dengan nama tempat yang menjadi kenangan masa kecilnya adalah bagian dari ia berdamai dengan masa lalu, atau bisa juga pengingat kepada generasi berikutnya, terkhusus kepada keturunannya, jika ia pernah mengalami pasang surut sebuah nafas keduniaan. Pada akhirnya, kita juga bisa belajar, meski hidup sepahit apapun, hidup haruslah tetap berjalan, kehidupan harus tetap dipertahankan dan dijalani sampai takdir menentukan titik akhir.
Penelusuran dan “pengembaraan” dalam labirin keluarga besar Van den Berg Van Saparoea, membuat penulis merasa “cemburu”. Bukan pada kekuasaan yang mereka miliki, tapi pada rapi dan terawatnya pencatatan suatu silsilah dan data. Sumber-sumber yang dijadikan dalam referensi pencatatan itupun sangat kuat, karena berasal dari arsip-arsip kelahiran, pembaptisan, pernikahan, kematian dari gereja, “catatan sipil”, dari karesidenan, kontrelaur dan lain-lain.  
Pada noktah ini, penulis berasumsi bahwa mungkin saja, orang-orang Negeri Saparua semuanya saling berhubungan dan terikat. Sayangnya kita tidak tahu “dasar dan alasan” kita terhubung karena fakta dan data tidak tersedia atau tidak lengkap. Dari sisi penulis, silsilah keluarga penulis hanya bisa terlacak pada tahun 1870an, sangat jauh berbeda dengan keluarga Van den Berg yang bisa ditelusuri hingga tahun 1500an. Mungkin dari sini, kita bisa mengambil manfaat, agar silsilah keluarga haruslah dicatat dengan baik. Itu akan sangat bermanfaat pada generasi berikutnya. Begitu juga hal ini bisa dilakukan pada arsip-arsip negeri, pencatatan, perawatan dan pemeliharaan dengan cara yang baik akan sangat bermanfaat nantinya. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dalam hal-hal kesejarahan maupun kehidupan sehari-hari. Sebagai manusia yang penuh keterbatasan, tentunya artikel ini tidaklah dan tidak akan pernah sempurna. Pengkoreksian dan penambahan informasi, sangat diperlukan untuk melengkapi dan menambah wawasan kita dalam memahami sebuah sejarah dan kehidupan. Semoga!

Catatan Kaki
1.    Jean German Taylor : The Social World of Batavia : Europeans and Eurasians in Colonial Indonesia, Universitas of Wisconsin Press, 1983
2.       C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
3.    C.J.G.L Van den Berg van Saparoea : De tragedie op het einlad saparoea in het jaar 1817 tijdens dens opstand in de Molukken, 1946
4.       C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
5.       5-9.      Idem
6.       www.atlasofmutualheritage.nl>Fort Duurstede
7.       11-16.  Idem
8.       17.  https://satumaluku.com> 2015/11/24 sejarah singkat Benteng Duurstede Saparua
9.  18.  Waerachtig verhael van de Schriklijke Aardbevinge Nuonlanghs eenigen tyd herwerts, ende voor naemntlijck op den 17 February de jaers 1674.voorgevallen in/en ontrent de eylanden van Amboina, sebuah buku yang ditulis berdasarkan laporan yang dibuat. G.E. Rumphuijs tahun 1675
10.   19.  ibid
11.   20.  www.atlasofmutualheritage.nl>Fort Duurstede
12.   21-24.  Idem
13.   25.  Djoko Soekiman : Kebudayaan Indies
14.   26.  C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
15.   C.J.G.L Van den Berg van Saparoea : De tragedie op het einlad saparoea in het jaar 1817 tijdens dens opstand in de Molukken, 1946
16.   27.  Idem
17. 28. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of 1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts history in University Canterbury, 1984
18.   29-30.  Idem
19.   31.  C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
20.   P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of 1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts history in University Canterbury, 1984
21.   Menurut kajian tesis Noldus, ada 2 versi “drama” penyelamatan Jean Lubert van den Berg. Berdasarkan Herinneringen mijneur jeugd karya C.J.G.L, van den Berg van Saparoea yang menulis atas catatan yang dibuat oleh Pattiwael, menyatakan bahwa saat malam tanggal 16 mei 1817, para penduduk datang untuk melihat benteng Duurstede, Jean Lubert mengangkat kepala dan berteriak : “Goea belon mati”. Salah seorang wanita kemudian membawa Jean Lubert kepada Thomas Matulesia. Ada 2 reaksi yang diperlihatkan oleh Thomas Matulessy. Yang pertama, ia menyatakan saat melihat anak kecil itu hidup, ia berkata bahwa : Tuhan bermaksud agar anak ini tetap hidup, sehingga anak ini tak boleh dibunuh. Reaksi kedua, Salomon Pattiwael dan istrinya meminta agar anak ini dipelihara dan Thomas berkata : tra verdoeli, ambil babi putih itu.
22.   32.  C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
23.   33.  C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
24. Maria sebenarnya adalah putri dari Sersan “bombardier” Verhagen dengan wanita pribumi, hasil kumpul kebo. Namun telah dianggap sebagai putri Salomon Pattiwael. Maria inilah yang menjaga Jean Lubert di hutan Rilla, di tahun 1882, ia diketahui masih hidup dan berusia 86 tahun
25.   34.  C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
26.   C.J.G.L Van den Berg van Saparoea : De tragedie op het einlad saparoea in het jaar 1817 tijdens dens opstand in de Molukken, 1946
27.   Q.M.R. Verhuell : Herinnering aan een reis naar Oost-Indie, 1835
28.   35.  C.J.G.L, van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
29.   36-37.  Ibid
30.   http://www.oocities.org/werdav2000/jgvdb.htm> descendants of Johanes van den Berg
31.   www.geni.com>people>Johanes Lubert van den Berg van Saparoea (1812-1892)
32.   38.  Ibid
33.   39.  http://bergsap.home.xs4all.nl>gechiedenis (familie van den berg van saparoea)
34.   40. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of 1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts history in University Canterbury, 1984
35.   41.  Ibid
36.   C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
37. 42. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of 1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts history in University Canterbury, 1984
38.   43.  Ibid
39. Hukuman cambuk dengan rotan dilarang/dihentikan sejak tahun 1860, lihat De Geschiedenis van politie in Nederlands – Indie karangan Marieke Bloemboergen, KITLV Uitgeverij, 2009 atau Polisi zaman Hindia Belanda (edisi terjemahan), PT Kompas Media Nusantara, 2011
40. 44. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of 1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts history in University Canterbury, 1984
41.   45-49.  Ibid
42.   C.J.G.L, Van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
43. 50. P.J.M. Noldus : The Pattimura Revolt of 1817, its causes, course and consequences, A Thesis of master of arts history in University Canterbury, 1984
44.   51-59.  Ibid
45.   C.J.G.L, van den Berg van Saparoea : Herinneringen mijneur jeugd, 1942
46.   60.  www.geni.com>people>Willem van den Berg (1673 -1745)
47.   61-62.  Ibid
48.   63.  www.geni.com>people>Johanes van den Berg (1738 -1789)
49.   64-66.  Ibid
50.  67.  http://www.oocities.org/werdav2000/jgvdb.htm> descendants of Johanes van den Berg
51.  68. Inventaris van island archief te Batavia (1602 – 1816), Mr .J.A. van Der Chijs, Batavia Landsdrukkerij, 1882
52.   69.  www.geni.com>people>Maria Elisabeth Coert (1772 – 1848)
53.   70-71.  ibid
54.   72.  www.geni.com>people>Willem Arnold Alting (1724-1800)
55.   73.  Ibid
56.   74.  www.wikepedia>Daftar Gubernur Jenderal VOC dan Hindia Belanda
57.   75.  www.geni.com>people>Jan Lubert Umbgrove(1759 – 1826)
58.   76.  www.geni.com>people>Johana Christina Umbgrove (1770 - )
59.   77.  www.geni.com>people>Jan Umbgrove (1643 – 1719)
60.   78.  www.geni.com>people>Helena Noeij (1652 - )
61.   79.  www.geni.com>people>Gerhard Umbgrove (1690 – 1764)
62.   80.  Ibid
63.   81.  www.geni.com>people>Johana Noeij (1656 -1724)
64.   82.  www.geni.com>people>Johan Umbgrove (1723 - 1769)
65.   83-84.  Ibid
66.   85.  www.geni.com>people>Sinna Maria Jordens (1757 - 1828)
67.   86.  www.geni.com>people>Jsabella van Den Berg von Geusau (1788 - 1854)
68.   87.  ibid
69.   88.  www.geni.com>people>Willem Arnold Alting Lamorral von Geusau (1783 - 1855)
70.   89.  www.geni.com>people>Theodora Jordens (1809 - 1838)
71.   90.  www.geni.com>people>Pieter Gerard von Geusau (1800 - 1882)
72.   91.  Ibid
73.   92.  www.geni.com>people>Jeanne Luberthina von Geusau
74.   93.  www.geni.com>people>Jhon Isaac Umbgrove (1799 – 1844)
75.   94.  www.geni.com>people>Johan Luberth Umbgrove (1800 – 1859)
76.   95.  www.geni.com>people>Willem Arnold Alting (1724 - 1800)
77.   96.  Ibid
78.   97.  www.geni.com>people>Pieternella Gerhardina Alting (1757 - 1818)
79.   98.  www.geni.com>people>Willem Arnold Alting (1724 - 1800)
80.   99.  www.geni.com>people>Hujibert Jan Carel Senn van Bassel (1710 - 1770)
81.   100. www.geni.com>people>Hendrik Alting
82.   101. Ibid
83.   102.    www.geni.com>people>Willem Alting (1658 – 1721)
84.   103-106. Ibid
85.   107. www.geni.com>people>Fockelina Blencke (1698 – 1755)
86.   108-111. Ibid
87.   112.   www.geni.com>people>Johana Christina Alting
88.   113.  http://www.oocities.org/werdav2000/jgvdb.htm> Nicolaas Engelhard
89.   114-115. Ibid
90.   116. www.geni.com>people>Susana Maria Grebel (1736 – 1779)
91.   117.  www.geni.com>people>Wilhelmus Anthonij Senn van Bassel
92.   118-119.  Ibid
93.   120. www.geni.com>people>Hujibert Jan Carel Senn van Bassel (1710 - 1770)
94.   121. Ibid
95.   122.  www.geni.com>people>Willem Adrian Senn van Bassel (1755 - ?)
96.   123-132. Ibid
97.   133.  http://www.oocities.org/werdav2000/jgvdb.htm> Nicolaas Engelhard
98.   134.  www.geni.com>people>Pieternella Gerhardina Alting (1757 - 1818)
99.   135.  www.wikepedia>Daftar Gubernur VOC di Maluku
100.     www.geni.com>people>Samuel Jan Abeleven
101.     136. www.geni.com>people>Johanes Siberg (1740 - 1817)
102.     137-139.  Ibid
103.      140.  www.geni.com>people>Pieter Hendrik Reijnst (1731 - 1801)
104.      141-143. Ibid
105.   144.  www.wikepedia>Daftar Gubernur Jenderal VOC dan Hindia Belanda
106. 145. http://www.oocities.org/werdav2000/jgvdb.htm> descendants of Johanes vd Berg
a.  www.geni.com>people>Johanes Lubert van Den Berg van Saparoea (1812 - 1892)
107.    146-154. Ibid
108.  155. Inventaris van island archief te Batavia (1602 - 1816), Mr. J.A. van der Chijs, Batavia Landsdrukkerij, 1882
109.    156. Ibid
110.   157.  www.wikepedia>Daftar Gubernur Jenderal VOC dan Hindia Belanda
111.  158. Inventaris van island archief te Batavia (1602 – 1816), Mr .J.A. van der Chijs, Batavia Landsdrukkerij, 1882
112.    159.  www.wikepedia>J.C.M. Radermacher
113.  160. Wartasejarah.blogspot.com>2013/12> Ikatan Gubernur Jenderal, anggota dewan dan Pejabat VOC
114.     161-162. Ibid
115.    163. www.wikepedia>Daftar Gubernur Jenderal VOC dan Hindia Belanda
116.     www.geni.com>people>Jean Chritien Baud
117.  164. Jean German Taylor : The Social World of Batavia : Europeans and Eurasians in Colonial Indonesia, Universitas of Wisconsin Press, 1983
118.  Hendrik Neijmeir : Batavia, Masyarakat Kolonial Abad XVII (edisi terjemahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar