Minggu, 20 Desember 2015

Puisi Ini Padamu Karena Tak Sempat



Photo by : Evie de Haas

Zeba’ot
- Pada sebuah pagi -

Bisakah kau kupanggil jujaro
perawan setia penjaga dua negeri???
Bisakah kau kusebut mawar
cinta dalam doa berlumut ???

kau telah berbedak... berlipstik di pagi ini...
ramai berwarna lesung pipimu
berembun tirai sakral...
ornamen gaya dalam kosmetika modern...

Bisakah kau kupanggil jujaro
perawan berdiri di tapal batas???
senyum pada duka --- nafas yang jadi hujan
tawa buat suka – dosa mungil yang jadi biasa

kau telah berdandan... pada gaun kembang-kembang
berias bersama parfum... wangi yang tak harus ganjil
mungkin kau tak lagi bertelanjang kaki --- pada kemarin pagi
mungkin kau tak lagi berbaju hitam, kain pikol --- warisan para datuk

bolehkah kau kupanggil nona...
gadis pelintas zaman???
cinta dalam rindu yang tak selesai???
telanjang kaki adalah ragu
baju hitam adalah cemas
kain pikol adalah gugup yang gagap --- saat ini
tapi pernah wangi di masa kecilmu
pernah putih dalam sunyi dan gemetar

pagi ini...
para pecinta datang menatap bulu matamu
para penyuka menemuimu
memasuki kamar tidur, berbaring di ranjang
dan melepas doa dari paru-paru yang gampang salah

Ini pagi...
para pencari mengunjungimu --- berlutut --- dilantai kamarmu
para pendosa menjahit amsal anggrek pelangi...
karena mencintaimu --- cinta yang sering bersungut

bisakah kau kupanggil jujaro
jujaro pisarana --- jujaro lounusa???
bolehkah kau kusebut nona
nona saparua --- nona tiouw ???
rindu pada bibir yang sering bertengkar --- dengan jantung

akh, gadis penjaga dua negeri
perawan pelintas zaman
semoga kau tetap abadi
setia menjaga kami --- anak anak zaman --- dalam kangen dan gelisah!!!

akh, jujaro saparua dan tiouw
tolong titip pesan buat tuan punyamu
maafkan beta
karena tak selalu bisa menciummu...
Seram, desember keduapuluh


(Oleh : Aldrijn Anakotta)