Jumat, 13 Februari 2015

Cinta, Orang Totua, Negeri deng "TUANG ALLAH"


Bastori tentang cinta
Cinta romantis nyong Saparoea par Nona Walanda
Cinta sejati Papa deng Mama di rumah tua
Dorang salalu bilang
Akang kokoh macang tembok Duurstede
Setegar batu karang Pisarana Hatusiri Amalatu
Tagal cinta TUANG ALLAH
Biking katorang ada
Lahir dari rahim cinta
Garser lia-lia, remaja, dewasa
Jatuh bangun cari tulang rusuk
Lalu atas nama cinta melahirkan generasi

**
Aniong salele kapala, penco di tangan
Ketekunan orang totua lambang cinta
Meski keringat darah menetes
Memungut oeng-oeng cengkeh
Di dusung-dusung negeri
Di lembah-lembah negeri
Di gunung-gunung negeri
Capeu di kapala, panggayo di bahu
Semangat orang totua lambang kasih kayang
Walau tabakar matahari
Menerjang arus deng gelombang
Di labuang-labuang negeri
Di tanjung-tanjung negeri
Di lautan biru
Semua tagal cinta, luar biasa

***
Saling cinta itu takdir manusia
Cinta par orang totua, negeri, jang sampe meti
Apalai kal cinta TUANG ALLAH
Dapa sukacita deng berkat selalu
Bersyukurlah
Cinta TUANG ALLAH
Par jalan nafas ini
Cinta TUANG ALLAH
Par orang totua
Cinta TUANG ALLAH
Par  negeri
Sampe horas ini
Kenanglah, cintailah, sayangilah, balaslah
Sebelum pudar, hilang dan tak kembali


Foris Rumah Dinas
[Menjelang 14 Februari 2015]

Sabtu, 07 Februari 2015

Melawan Lupa (part.1)_Muhabeth di Negeri Saparua



Sejarah singkat tentang kearifan manusia
 di tengah gempuran modernitas

 Oleh : Aldrijn Anakotta

Beta bangga pung kaka par ale!
         
Pergi ke rumah duka lebih baik dari pada pergi ke rumah pesta,
karena di rumah dukalah kesudahan setiap manusia, hendaknya
orang yang hidup memperhatikannya” 1)
 
A.     Pengantar
  Sepenggal kalimat indah di atas, dalam tradisi Kristen dikenal sebagai tulisan Raja Salomo, Raja Israel III yang dikumpulkan dalam kitab Pengkhotbah yang merupakan bagian dari Perjanjian Lama. Kitab ini berisikan beragam “filsafat” tentang kehidupan manusia. Dalam satu bagian ada yang menceritakan tentang kesia-siaan manusia yaitu segala sesuatu ada waktunya, ada waktu untuk mati atau meninggal dunia 2). Kematian merupakan hal yang tak bisa dihindari. Setiap kebudayaan dan agama berbeda dalam memahami konteks ini 3). Dari pemahaman yang beragam itulah, muncul prosesi dan tata cara pemakaman serta perlakuan terhadap jenazah yang berbeda, di setiap kebudayaan4). Di Mesir kuno ada prosesi pembalseman yang nantinya akan jadi mumi dan itu hanya khusus dilakukan pada kaum Raja/Kaisar (kalangan bangsawan) 5). Dalam injil sinoptik, prosesi pemakaman Yesus Kristus atau Nabi Isa. as, juga dibalsam dengan aneka rempah-rempah, dibalut dengan kain dan dimasukan kedalam gua, bukan dimasukan kedalam tanah 6). Ada juga yang dikremasi atau ada juga yang dibiarkan begitu saja/ diletakan di ruangan terbuka hingga membusuk dan dibiarkan dimakan oleh burung pemakan bangkai, ini dalam pemahaman agama Zoroaster di Persia kuno serta beragam cara lainnya7). Di Provinsi Maluku, terkhususnya di lingkup Ambon Lease yang telah dipengaruhi oleh agama Kristen dan Islam serta penjajah bangsa barat, prosesi itu tidak lagi dilakukan tetapi digunakan dengan cara dimasukan kedalam sepetak tanah yang digali atau dikenal dengan istilah ditanam/dikubur.