Senin, 02 Desember 2013

Sepenggal sejarah yang hilang : 4 Soa Pisarana


LATAR BELAKANG
Orang-orang yang belum pernah berkunjung ke Pulau Saparua pasti sulit membedakan antara “Negeri Saparua” dan “Pulau Saparua”, selayaknya “Negeri Haruku” dan “Pulau Haruku”, dikarenakan memiliki kemiripan pada nama sehingga sedikit membingungkan. Pertanyaan kepada orang Saparua yang selalu bikin pusing, seperti ini :

Ale asal mana?
Asal Saparua!
Saparua kampung apa?
Dari Saparua!
Bingungkan?
Mungkin orang mengira bahwa Saparua itu hanya nama Pulau!
Tanpa tahu bahwa ada “Negeri Saparua” di dalamnya.

Literatur sejarah Maluku banyak mencatat tentang pulau Saparua “Jantung Uliaser” yang menjadi titik sentral perlawanan rakyat Lease terhadap kolonialisme di tanah Maluku pada tahun 1817. Perlawanan yang ditandai dengan penyerangan pasukan Pattimura ke Benteng Duurstede di pusat Kota Saparua. Benteng Duurstede yang berarti “Kota Mahal dibangun pemerintah Belanda di atas batu karang petuanan negeri Saparua.
Negeri Saparua adalah negeri adat yang dipimpin oleh seorang Upu Ama Latu (Radja), mempunyai struktur pemerintahan yang jelas, baik struktur adat maupun struktur pemerintahan sipil serta mempunyai petuanan negeri/wilayah adat dengan batas-batas tersendiri.
Seiring dengan perkembangan jaman negeri Saparua kemudian ditetapkan sebagai pusat pemerintahan/ibukota Kecamatan Pulau-Pulau Lease sehingga lebih dikenal dengan sebutan Saparua Kota.
Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat 1 Maluku tanggal 30 Maret 1965 Nomor: PU22/7/17 tentang pemekaran Kecamatan Pulau-Pulau Lease menjadi 2 kecamatan, yaitu :

1). Kecamatan Saparua (pulau Saparua, pulau Nusalaut) tetap beribukota di Negeri Saparua.
Penetapan status Kecamatan Saparua yaitu pada tanggal 30 Juli 1966.

2). Kecamatan Pulau Haruku beribukota di Negeri Pelauw.
Penetapan status Kecamatan Pulau Haruku yaitu pada tanggal 30 Agustus 1966.

Di era otonomi daerah pulau Nusalaut dimekarkan menjadi Kecamatan Nusalaut terlepas dari Kecamatan Saparua dan beribukota di negeri Ameth. Kecamatan Saparua pun dimekarkan lagi menjadi Kecamatan Saparua Timur dan beribukota di negeri Tuhaha.

Catatan Lain


ASAL USUL NEGERI SAPARUA
(Catatan sejarah versi Souhuku)

Menulis penggalan sejarah negeri Saparua tidaklah terlepas dari negeri Souhuku sebagai negeri gandong/saudara, negeri/tempat dimana leluhur-leluhur 4 Soa tinggal sebelumnya. Penulisan penggalan sejarah Negeri Saparua ini menggunakan data dari situs/sumber sejarah negeri Souhuku dan juga penuturan sejarah tetua adat Souhuku saat pelantikan Upu Ama Latu/Raja negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu) di tahun 2008. Ada pula beberapa bukti historis yang  ditemui saat bersama rombongan masyarakat negeri Saparua berkunjung  di tahun 2011 untuk menghadiri pelantikan Upu Ina Latu/Raja negeri Souhuku (Lilipori Kalapessy) sebagai bentuk balasan atas kedatangan rombongan Souhuku di tahun 2008. Akhirnya setelah dalam kurun waktu yang lama 1436-2011 orang-orang Negeri Saparua baru secara resmi kembali pulang ke tanah asal di negeri Souhuku. Catatan sejarah yang menyatakan kedatangan 4 soa pertama kali ke pulau Saparua yaitu pada tahun 1436, sebagaimana dituturkan oleh anak cucu dari matarumah Soulessy soa Latuwaelaiti (familie Simatauw). Kemudian diangkat/ditulis kembali oleh Buang Jozef Maelissa pada tahun 1922 dan tercatat juga di Museum Batavia (Jakarta). Berdasarkan sumber sejarah, tuturan tetua adat serta bukti-bukti artefak kepurbakalaan milik 4 soa yang ditemui di negeri Souhuku itulah kemudian merangkum, merekonstruksi ulang dan mendokumentasikannya menjadi suatu catatan guna memperkuat bukti sejarah terbentuknya negeri Saparua (Pisarana Hatusiri Amalatu).